Berita Economy & Industry

Suzuki Menutup Pabriknya di Thailand, Ikuti Langkah Subaru dan Honda

KOMPAS— Pada semester pertama tahun 2024, industri otomotif dikejutkan dengan tutupnya sejumlah pabrik mobil merek Jepang di Thailand. Suzuki Motor Corporation memutuskan untuk menutup pabrik mobilnya di Thailand pada akhir 2025 mendatang. Keputusan ini diambil Suzuki berdasar evaluasi struktur produksi global. Suzuki memilih fokus ke pasar negara lain. Sebelum itu, Subaru dan Honda juga telah lebih dulu menutup pabrik mereka di Thailand.

Suzuki Motor Thailand (SMT) didirikan pada 2011, menyusul pengumuman pemerintah Thailand pada 2007 tentang proyek mobil ramah lingkungan. Pabrik SMT mulai memproduksi mobil kecil yang hemat bahan bakar pada 2012. Mereka memproduksi sebanyak 60 ribu unit per tahun, termasuk yang di ekspor.

Saat ini Suzuki Motor Corporation tengah berupaya mempromosikan mobil tanpa emisi karbon dan mobil listrik secara global. Maka dari itu, Suzuki mempertimbangkan untuk mengoptimalkan lokasi produksi global di dalam grup. Mantan Presiden Direktur Suzuki Motor Thailand Minoru Amano, yang saat ini menjabat Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil, mengatakan, pembangunan pabrik di Thailand dan juga di Indonesia pada awalnya didasarkan pada pertumbuhan penjualan mobil tahun 2010.

“Tapi setelah pertumbuhan tersebut, penjualan mobil kini semakin melambat. Tak hanya Suzuki, merek-merek lain pun demikian. Jumlah unitnya tak bertambah,” kata Amano di sela pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Bumi Serpong Damai (BSD) City, Kabupaten Tangerang (Banten), Kamis 18 Juli 2024.

“Akhirnya kami berpikir ulang harus bagaimana. Jadi kondisinya ada dua pabrik baru di Indonesia dan Thailand dengan kapasitas produksi cukup besar. Dengan kondisi pasar otomotif ASEAN, akhirnya kami putuskan untuk memusatkan produksi,” kata dia.

Sebelum Suzuki, Subaru juga telah mengumumkan penutupan pusat produksi di Thailand. Pabrik yang fokus memenuhi pasar Asia Tenggara ini rencananya akan ditutup pada Desember 2024. Pabrik Tanchong Subaru Automotive Thailand Co Ltd (TCSAT) di Lad Krabang Industrial Estate kabarnya ditutup karena penjualan yang terus menurun. Dengan ditutupnya pabrik di Thailand, Subaru hanya memiliki satu pabrik di luar Jepang, yakni di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, pabrik Subaru di Malaysia yang beroperasi sejak 2012 juga telah ditutup.

Dengan dihentikannya operasional CKD di Thailand dan Malaysia, maka mobil-mobil Subaru yang dipasarkan di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja akan diimpor utuh (completely-built up, CBU) dari Jepang. Sementara Indonesia tak terlalu terdampak dengan kebijakan tersebut. Subaru Indonesia sudah sejak awal mengimpor mobil Subaru dari Jepang. “(Penutupan pabrik di Thailand) enggak ada hubungannya dengan kita sama sekali. Produk kami kan 100 persen dari Jepang,” kata Arie Christopher (Chief Executive Officer Subaru Indonesia).

“Kemungkinan (merakit produk completely-knocked down / CKD di Indonesia), pasti ada. Kita harus tunggu sampai pertumbuhan penjualan mencapai titik normal untuk sebuah tipe bisa dilokalisasi. Enggak mungkin jualan masih sedikit, atau volume belum terlalu signifikan langsung lokalisasi,” kata dia.

Merek Jepang selanjutnya yang menutup pabrik di Thailand adalah Honda. Di samping, karena penjualan yang menurun, keputusan tersebut diambil salah satunya diduga karena ketatnya persaingan dengan produsen mobil dari China. Honda memiliki dua pabrik perakitan di Thailand, yakni di Ayutthaya dan Prachinburi. Pabrik di Prachinburi akan tetap melanjutkan aktivitas produksi. Sedangkan pabrik yang ada di Ayutthaya, akan berhenti berproduksi pada akhir 2025. Namun, bukannya ditutup sepenuhnya, karena pabrik ini akan tetap memproduksi komponen mobil. “Saat ini Honda Thailand juga masih tetap melakukan produksi mobil di Pabrik Prachinburi,” ujar Yusak Billy, Direktur Penjualan dan Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM).

“Restrukturisasi produksi di Thailand tersebut tak berdampak terhadap aktivitas pabrik Honda di Indonesia yang masih beroperasi seperti biasa,” kata dia.

Langkah tersebut kabarnya akan mengurangi jumlah produksi mobil Honda di Thailand dari 270 ribu unit per tahun menjadi hanya 120 ribu unit per tahun. Padahal produksi tahunan pabrik ini pernah mencapai puncaknya pada 2013 dengan jumlah lebih dari 270 ribu unit. Pada tahun lalu, angka tersebut turun menjadi sekitar 140 ribu unit. Mobil-mobil merek Jepang pernah menyumbang hampir 80 persen dari total penjualan di Thailand. Tapi setelah mobil China masuk, merek asal China perlahan menjadi lebih besar dan menggerus pangsa pasar produsen Jepang. (*)