CNN— Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai perbandingan ideal Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan mobil listrik di Indonesia adalah 1 berbanding 10. “Rasio ideal, dengan asumsi lebih kurang 80 persen mengisi daya di rumah,” kata Yannes dikutip Antara, beberapa pekan lalu.
Meski perbandingan itu sudah terpenuhi, tetap perlu pemantauan berkelanjutan terhadap tren peningkatan mobil listrik (battery electric vehicle, BEV) di suatu wilayah. Bila pertumbuhan dominan di wilayah pulau Jawa, maka pembangunan SPKLU mesti dipusatkan di Pulau Jawa.
Pemerintah pada 2030 memproyeksikan jumlah pengguna mobil listrik mencapai dua juta. Jika dihitung dengan perbandingan Yannes, maka jumlah SPKLU ideal ialah sekitar 200 ribu unit. Untuk memastikan penempatan posisi SPKLU yang paling ideal, Yannes menilai perlu kolaborasi antara pemerintah dan industri otomotif mobil listrik agar mengetahui perilaku dan pola mobilisasi setiap mobil listrik.
SPKLU dibutuhkan ketika pengguna mobil listrik tidak memiliki pengecasan di rumah, misalnya orang yang tinggal di apartemen. Selain itu SPKLU dibutuhkan apabila pengguna berpergian jauh dan tak memiliki stasiun pengisian di lokasi yang dituju.
Berdasarkan data Perusahaan Listrik Negara (PLN) Hingga akhir tahun 2023 ada 1.081 unit SPKLU yang beroperasi, baik milik PLN maupun mitra dan swasta. Kemudian sebanyak 3.729 unit layanan home charging telah dipasang selama 2023, meningkat 5 kali lipat dari tahun 2022.
PLN mencatat total home charging yang saat ini terhubung dengan listrik PLN sebanyak 4.610 unit. Adapun, total pemakaian daya listrik pelanggan khusus home charging pada tahun 2023 sebesar 2.937 MWh atau meningkat lebih dari tujuh kali lipat dibanding dengan tahun 2022 sebesar 399 MWh. (*)