CNN— Pemerintah RI mempunyai strategi nasional pengembangan hydrogen sebagai sumber energi. Salah satu targetnya adalah adopsi transportasi berbasis hidrogen secara masif pada 2031. “Kita sudah menyusun roadmap 2021-2060. Berbagai upaya dilakukan baik di sisi supply dan di sisi demand. Harapan kita di tahun 2031 nanti, kita bisa mendorong pengembangan hidrogen untuk sektor transportasi,” kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna dalam acara Seminar Nasional 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia di Universitas Gadjah Mada, Rabu 8 November 2023.
“Kemudian untuk sektor industri diharapkan tahun 2041 kita sudah masuk dengan hidrogen. Ini pengembangan secara masifnya,” lanjutnya. Selain target pengembangan secara masif untuk sektor transportasi dan industri, Feby mengatakan pemerintah telah membuat roadmap untuk Ibu Kota Nusantara (IKN) dan merencanakan 50 persen transportasi umum di kawasan tersebut menggunakan listrik atau hidrogen pada 2035.
“Tahun 2040 sebagian bus akan beralih ke hidrogen. Kemudian diharapkan nantinya 2040-2060 bisa menjadi full menggunakan hidrogen di IKN,” kata Feby. Lebih lanjut, Feby menjelaskan pengembangan teknologi hidrogen dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, mulai dari sumber energi, proses produksi, jenis bahan baku, hingga emisi yang dihasilkan.
Pada sisi sumber energi, saat ini 97 persen sumber energi masih dihasilkan dari bahan bakar fosil. Feby menjelaskan energi hidrogen berdasarkan sumber energinya juga diklasifikasikan menjadi empat, yakni hidrogen coklat yang dibuat dari batu bara; hidrogen abu-abu yang dihasilkan dari pembakaran gas alam tanpa carbon capture, utilization, and storage (CCUS); hidrogen biru yang dihasilkan dari gas alam dengan CCUS; dan hidrogen hijau yang berasal dari energi terbarukan dengan elektrolisis.
Dari empat jenis hidrogen tersebut, hidrogen hijau menjadi sumber energi yang diharapkan akan mengisi seluruh sektor kebutuhan bahan bakar. Pasalnya, jenis hidrogen ini tak lagi menggunakan bahan bakar fosil. (*)