JAKARTA— Perusahaan pembiayaan atau multifinance PT Mandiri Tunas Finance (MTF) berharap para nasabah yang mendapat restrukturisasi mulai pulih pada periode 2021. Direktur Sales dan Distribusi MTF Harjanto Tjitohardjojo menjelaskan bahwa hal ini menilik proyeksi pembiayaan baru di tahun depan masih terbilang konservatif.
Sebagai gambaran, data penjualan mobil versi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) yang pada tahun ini proyeksinya ditutup di 525 ribu unit, tahun depan ditargetkan mencapai setidaknya 700 ribu sampai 775 ribu unit. “Perkiraan kami memang sama seperti GAIKINDO, pasar mobil baru 2021 antara 750 ribu sampai 800 ribu unit. Jadi setidaknya pembiayaan untuk mobil baru di 2021 paling tidak bisa 80 persen dari capaian 2019. Kalau untuk kembali normal lagi, baru bisa tercapai di 2022,” katanya seperti dikutip Bisnis, Selasa 22 Desember 2020.
Oleh sebab itu, menurut Harjanto, tumpuan dari pembiayaan baru masih belum bisa terlalu diharapkan. Terlebih, perusahaan leasing juga belum mau ‘jor-joran’. Mereka masih berhati-hati menjaga kualitas dalam memberikan kredit baru. Inilah kenapa pulihnya nasabah yang mendapatkan restrukturisasi untuk kembali membayar angsuran bakal jadi angin segar.
“Dari Rp 14 triliun nilai restrukturisasi yang diberikan MTF, sekarang sekitar Rp 8 triliun sudah beres kembali normal. Saat ini yang minta restrukturisasi sudah berkurang jauh. Hanya beberapa konsumen yang terkait pariwisata yang masih berat, dan MTF bantu untuk meringankan jika memenuhi persyaratan,” katanya.
Harjanto mengungkap target 90 persen nasabah restrukturisasi bisa kembali pulih terbilang optimistis. Karena sekitar 10 persen nasabah tersebut diprediksi memang masih sulit menjalani bisnisnya pada periode 2021. Contohnya, nasabah kredit kendaraan MTF yang digunakan untuk kegiatan wisata, atau berada di daerah pariwisata.
“Kami masih akan menaikan pencadangan, CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] di samping berupaya memastikan 90 persen kostumer restrukturisasi bisa bayar angsuran lagi. Tapi memang yang wisata itu sulit, misalnya pembiayaan kendaraan pariwisata seperti bus, kendaraan rental, dan juga yang di daerah Bali, itu masih akan menjadi tantangan kami,” katanya. (*)