JAKARTA— Beragam fenomena penting nan berharga telah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Namun karena keterbatasan teknologi di setiap zaman, tidak semua fenomena tersebut bisa terekam secara sempurna menggunakan peralatan yang canggih. Beruntungnya, para akademisi dari setiap zaman selalu berusaha mengabadikan beragam fenomena yang mereka saksikan melalui karya-karya historiografi.
Secara umum, historiografi adalah tulisan sejarah, atau juga bisa diartikan sebagai tahapan terakhir dari suatu penelitian sejarah. Karya historiografi tersebut memiliki bentuk yang beragam, antara lain buku, skripsi, tesis, maupun disertasi. Dan karena setiap penulis memiliki preferensi yang beragam, maka hal ini menghasilkan tema historiografi yang beragam pula. Ada yang secara spesifik membahas tentang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya.
Namun, salah satu tema historiografi yang cukup menarik ialah tema tentang transportasi. Transportasi menjadi tema menarik karena hal tersebut sangat dekat dengan kehidupan manusia. Di dalam tema historiografi transportasi yang begitu luas, terdapat salah satu sub-tema yang sangat menarik untuk dibahas, yakni otomotif atau kendaraan bermotor.
Sejatinya, sejarah otomotif khususnya di Indonesia merupakan tema yang menarik untuk dibahas, karena kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor menjadi moda transportasi yang paling populer di Indonesia. Selain itu, jejak sejarah otomotif di negeri ini telah terbentang jauh sejak lebih dari 120 tahun silam, tepatnya pada masa kolonial Belanda.
Meski begitu, historiografi otomotif di Indonesia nampaknya masih belum begitu popular, tak seperti tema-tema kesejarahan lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dari minimnya literatur atau tulisan sejarah yang membahas tentang industri otomotif di Indonesia. Namun, beberapa akademisi telah sukses mengabadikan fenomena dalam dunia otomotif Indonesia dan menghasilkan beberapa literatur berharga seperti yang akan diuraikan berikut ini.
Salah satu literatur penting seputar sejarah industri otomotif Indonesia yang bisa dikatakan cukup komprehensif ialah buku Kreta Setan, “De Duivelswagen”: Autopioniers van Insulinde. Buku berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh FF Habnit pada tahun 1977 ini menguraikan berbagai fenomena bersejarah seputar dunia otomotif pada masa kolonial Belanda. Salah satu fenomena dalam buku ini yang menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan industri otomotif di Indonesia, yakni pembelian sepeda motor yang dilakukan untuk pertama kalinya di Hindia Belanda oleh John C Potter pada tahun 1893. Ia merupakan seorang berkebangsaan Inggris yang bekerja sebagai masinis di Pabrik Gula Umbul, Probolinggo.
Pada saat itu, Potter membeli sebuah sepeda motor bermerk Hildebrand und Wolfmüller. Setahun setelahnya (1894), terjadi pula peristiwa dalam dunia otomotif yang tak kalah fenomenal, yakni pembelian mobil yang diklaim menjadi yang pertama di Hindia Belanda oleh Susuhunan Pakubuwono X. Penguasa Keraton Kasunanan Surakarta tersebut membeli sebuah mobil buatan Jerman, yaitu Benz Victoria. Setelah Pakubuwono X membeli mobil, makin banyak kaum elit Belanda dan Pribumi yang turut membeli mobil. Selain itu, buku ini juga menguraikan beberapa fenomena penting lain seputar dunia otomotif di era kolonial, antara lain pembentukan komunitas pemilik mobil di berbagai daerah seperti Soerabajasche Auto Club (nantinya berubah menjadi Java Auto Club), Semarangsche Auto Club, Nederlands Indie Automobiel Club, dan Deli Automobile Club.
Keberadaan komunitas tersebut secara tak langsung turut berperan dalam perkembangan pariwisata di Hindia Belanda, karena para anggota komunitas mobil tersebut sering berpelesir ke tempat-tempat wisata. Ada pula fenomena berupa kompetisi pemecahan rekor waktu perjalanan Batavia-Surabaya menggunakan mobil atau sepeda motor yang diinisiasi oleh Decnop pada tahun 1912. Tak ketinggalan, buku ini juga menguraikan aktivitas industri otomotif di Hindia Belanda berupa perakitan maupun pengimporan mobil yang dilakukan oleh beberapa perusahaan, seperti General Motors, NV Fuchs en Rens, dan NV Velodrome.
Selain menguraikan berbagai fenomena bersejarah tersebut, buku Kreta Setan juga mencantumkan suatu mekanisme mesin beserta keterangannya. Dan untuk melengkapi segudang informasi yang termuat di dalamnya, buku ini juga menampilkan beberapa foto bersejarah seputar fenomena-fenomena otomotif yang terjadi di Hindia Belanda. Karena informasi dalam buku Kreta Setan tersebut cukup berharga, maka buku ini akhirnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Mobil-mobil Tempo Dulu (1988).
Buku lain yang tak kalah menarik berkaitan dengan perjalanan sejarah otomotif Indonesia ialah buku Konglomerasi: Negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia 1950-1985. Buku yang diterbitkan pada tahun 1996 tersebut sejatinya merupakan tesis milik Ian Chalmers yang diselesaikan pada tahun 1988, kemudian dibukukan dan dialihbahasakan. Meskipun buku ini cenderung fokus menguraikan melalui pendekatan pada bidang ekonomi-politik, namun topik bahasan di dalamnya juga memiliki unsur kesejarahan yang cukup kuat. Pada buku ini, Chalmers memberikan analisis ekonomi dan industri di sektor otomotif global dan secara khusus menyoroti dinamika yang terjadi dalam industri otomotif Indonesia pada periode 1950 hingga 1985.
Pada era pasca-kemerdekaan, Chalmers menguraikan fenomena nasionalisme ekonomi yang terjadi dalam sektor perindustrian di Indonesia. Dengan kata lain, semua industri milik asing diakuisisi oleh kaum pribumi. Hal ini berlaku pula pada industri otomotif. Salah satu bentuk nasionalisasi di dunia industri otomotif adalah pendirian PT ISC (Indonesia Service Company) pada tahun 1950 sebagai perusahaan perakit mobil pertama di Indonesia pasca-kemerdekaan. Perusahaan ini dipimpin oleh tokoh-tokoh yang memiliki relasi dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Di kemudian hari, terjadinya nasionalisme ekonomi memunculkan kelompok-kelompok borjuasi lokal di sektor industri otomotif, seperti kelompok Hasjim Ning dan kelompok borjuasi pro-PNI (Partai Nasional Indonesia) yang sama-sama bersaing dalam memegang lisensi impor mobil dan juga sama-sama mengandalkan koneksi politik dalam menjalankan bisnisnya.
Fenomena lain juga dibahas dalam buku ini, yakni gagalnya ambisi Presiden Sukarno dalam membangun proyek mobil nasional, terjadinya kekacauan dan kemunduran dalam industri otomotif pada pertengahan dasawarsa 1960-an, dan kebangkitan industri otomotif sejak era Orde Baru yang dipicu oleh berbagai kebijakan. Beberapa kebijakan penting yang dibuat adalah adanya kewajiban para manufaktur otomotif asing untuk memiliki agen pemegang merek (APM) serta larangan impor mobil utuh (completely built up, CBU).
Hal tersebut nyatanya mampu mendorong investasi dan meningkatkan skala produksi kendaraan bermotor di dalam negeri. Selain itu, masih banyak fenomena lain yang dibahas dalam buku ini, utamanya berkaitan dengan pembentukan kebijakan politik yang memberi dinamika di dalam industri otomotif Indonesia. Untuk menunjang informasi di dalamnya, buku ini juga mencantumkan beberapa tabel informasi yang relevan dengan topik bahasan tersebut.
Dan terakhir, buku seputar sejarah otomotif Indonesia yang cukup lengkap dan menarik ialah buku Sejarah Mobil dan Kisah Kelahiran Mobil di Negeri Ini. Buku hasil karya wartawan James Luluhima yang diterbitkan pada tahun 2012 tersebut bisa dikatakan cukup lengkap karena menyajikan beragam tema seputar dunia otomotif di Indonesia dan dunia dari masa ke masa. Di dalam buku ini, sang penulis menguraikan beragam fenomena otomotif global, antara lain sejarah terciptanya mobil, munculnya beragam produsen mobil dunia, dan terciptanya jenis mobil jip sebagai kendaraan militer.
Sementara di lingkup nasional, buku ini berhasil menguraikan beragam fenomena dan dinamika dalam dunia otomotif di Indonesia dari era kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga era modern atau pasca-reformasi. Pada uraian tema di era kolonial, James Luluhima nampaknya banyak memperoleh informasi dari buku Kreta Setan yang memang sangat komprehensif. Sementara untuk uraian tema pada periode yang lain, sang penulis yang menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di media Kompas nampaknya memiliki akses terhadap beragam referensi untuk melengkapi karyanya tersebut.
Alhasil, beragam fenomena menarik dalam dunia otomotif Indonesia dapat disajikan dalam buku ini, antara lain pembentukan perusahaan-perusahaan otomotif lokal sebagai pengimpor maupun perakit mobil di Indonesia, proses masuknya mobil-mobil Jepang ke Indonesia, kebijakan-kebijakan selama periode Orde Baru di sektor industri otomotif, hingga munculnya proyek Mobil Nasional dalam merek Timor dan Bimantara. Informasi yang disajikan dalam buku ini dilengkapi dengan adanya foto-foto bersejarah maupun ilustrasi gambar dari mobil-mobil yang sedang dibahas. Bahkan, pada bagian akhir dari buku ini juga terdapat kamus istilah otomotif yang dapat membantu para pembaca awam untuk mengerti istilah-istilah otomotif yang cukup rumit.
Singkat kata, ketersediaan literatur kesejarahan tentang dunia otomotif Indonesia masih belum begitu banyak. Dan nampaknya, masih banyak fenomena di dalam dunia otomotif Indonesia yang bisa digali, mengingat jejak industri otomotif di negeri ini telah berlangsung selama lebih dari 120 tahun. Hal ini tentunya dapat menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para akademisi, khususnya di bidang sejarah yang memiliki minat terhadap dunia otomotif Indonesia. (Kumparan)