KONTAN— Penjualan mobil di Indonesia stagnan di sepanjang dua bulan pertama tahun 2024. Kondisi ekonomi dan daya beli yang belum stabil, ditambah kenaikan sejumlah harga, berdampak pada permintaan produk mobil di pasar.
Data pada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan whole sales (pabrik ke dealer) mobil nasional turun 22,6 persen year on year (YoY) menjadi 140.274 unit pada Januari-Februari 2024. Retail (dealer ke konsumen) mobil nasional juga berkurang 15 persen YoY menjadi 148.649 unit pada periode yang sama.
Ketua I GAIKINDO Jongkie Sugiarto mengatakan, ekonomi Indonesia belum menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Alhasil, sebagian konsumen memilih menunda pembelian mobil baru untuk sementara waktu. Kenaikan harga sejumlah mobil baru di pasar juga berdampak pada permintaan dari para konsumen.
Sebagai contoh, mobil sejuta umat Toyota Avanza naik Rp 2 juta pada Januari 2024 lalu. Harga Toyota Fortuner juga naik Rp 4 juta pada awal tahun ini. Merek lainnya seperti Daihatsu juga ikut naik. Daihatsu Ayla dan Luxio yang harganya naik masing-masing Rp 1 juta dan Rp 4,3 juta pada Januari silam.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, efek kenaikan harga sejumlah mobil baru terhadap kinerja pasar otomotif nasional kemungkinan hanya bersifat sementara. Sebab, mayoritas konsumen mobil pada dasarnya berasal dari kelas menengah atas yang di atas kertas punya tabungan cukup untuk membeli mobil baru.
“Kenaikan harga mobil baru sebenarnya sudah menjadi tren biasa di tiap awal tahun, karena ada penyesuaian dengan kondisi inflasi dan kurs terkini,” ujar dia, Selasa 12 Maret 2024.
Peluang peningkatan penjualan mobil nasional cukup terbuka pada bulan-bulan berikutnya. Terlebih lagi, pertengahan tahun nanti beberapa pameran otomotif digelar. “Diharapkan pertumbuhan ekonomi membaik pada bulan-bulan mendatang, sehingga penjualan mobil meningkat,” kata Jongkie.
GAIKINDO tetap memproyeksikan penjualan mobil nasional berada di level 1,1 juta unit pada 2024. (*)