Berita Economy & Industry

GAIKINDO Tegaskan Pentingnya Jaga Pertumbuhan Mobil Bermesin BBM di Era Mobil Listrik

KATADATA— Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mendorong produksi dan penjualan mobil lisrik dibatalkan oleh Presiden Donald Trump. Pembatalan tersebut diambil guna mendukung industri otomotif secara keseluruhan serta produksi dan eksplorasi energi.

Pembatalan mandat mobil listrik (electric vehicle, EV) dapat memberikan dampak ke Indonesia. Pembatalan ini juga jadi salah satu acuan buat pemerintah dalam menggencarkan adopsi kendaraan listrik. Melihat negara maju seperti AS meninjau kembali mandat EV, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menilai bahwa pertumbuhan mobil bermesin bensin perlu tetap dijaga.

“Mobil internal combustion engine (ICE) harus kita jaga. Karena kalau dari data yang ada, Amerika pun mencabut (kebijakan soal mobil listrik), jadi kita harus hati-hati, jangan kemudian terburu-buru,” kata Kukuh Kumara (Sekretaris Umum GAIKINDO) di Jakarta belum lama ini.

Menurut dia, saat ini banyak persiapan perlu dilakukan guna memaksimalkan adopsi kendaraan listrik di dalam negeri. Misalnya infrastruktur pengisian daya perlu tersebar merata di daerah dan dalam jumlah banyak, tak terbatas di kota besar saja.

GAIKINDO menilai masih ada kalangan masyarakat yang ragu karena menganggap harga jual kembali mobil listrik akan sangat turun dibandingkan mobil konvensional. Masih banyak penyesuaian perlu dilakukan agar penggunaan kendaraan listrik bisa maksimal. Strateginya pun bakal berbeda dari negara lain.

“Kita berbeda dengan Amerika, Eropa, Tiongkok, Thailand, kalau bicara masalah EV tadi. Seperti Thailand itu kan satu kontinen, satu daratan, kita ribuan pulau,” kata Kukuh.

Persiapannya pun berbeda dan perlu pendekatan yang tak terburu-buru. Apa lagi jika ingin mendongkrak angka penjualan kendaraan ramah lingkungan di dalam negeri. Untuk perbandingan, angka whole sales mobil listrik di Indonesia sepanjang 2024 adalah 44.557 unit dari keseluruhan whole sales 865.723 unit.

Sekarang pemerintah mulai menyediakan dorongan lain di luar subsidi mobil listrik yakni insentif mobil hybrid sebesar tiga persen. Mengingat sekarang penjualan mobil hybrid memang masih berada di atas mobil listrik. Karena mirip dengan mobil konvensional, namun diklaim efisien bahan bakar karena kendaraan dilengkapi baterai dan motor elektrik.

Pada kendaraan mild hybrid motor elektrik seringkali membantu mesin buat memberikan pengemudi daya lebih saat akan melakukan akselerasi. Sementara Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) punya karakteristik Battery Electric Vehicle (BEV). Dapat diisi daya tetapi juga menenggak bensin layaknya mobil konvensional. Hanya saja mobil dengan teknologi hybrid jenis PHEV belum populer. Namun Indonesia mulai kedatangan model plug-in hybrid tahun ini. (*)