Berita Berita APM

GAIKINDO: Industri Mobil RI Waspadai Dampak Perang Dagang China-Amerika

KUMPARAN— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan industri otomotif nasional saat ini tak berdampak langsung dari kebijakan baru tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. “Kita tak terdampak karena tak ada ekspor ke AS, dan impor produk otomotif dari AS dalam bentuk utuh CBU (completely-built up),” kata Sekretaris Umum GAIKINDO Kukuh Kumara Rabu 9 April 2025.

Senada dengan Kukuh, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, meski tak berpengaruh langsung, Indonesia perlu mencermati efek lain yang ditimbulkan dari dampak lainnya. “Seperti pelemahan kurs rupiah dan pelemahan ekonomi karena sektor lain yang terdampak,” kata Bob Azam.

Dampak tersebut dikhawatirkan menjadi efek domino yang mempengaruhi sektor lain di industri otomotif, seperti komponen dengan teknologi tinggi. Kemudian kenaikan suku bunga hingga berkurangnya daya beli masyarakat akibat melemahnya industri lain.

“Kita percayakan kepada pemerintah membuat kebijakan. Mudah-mudahan bisa diredam dan kita bisa ubah,” kata Bob yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bidang Ketenagakerjaan ini.

Berdasarkan data GAIKINDO, tak ada produk ekspor otomotif yang dikirim langsung ke AS. Namun, kebijakan itu bukan berarti tak bakal menutup peluang Indonesia jika suatu saat ingin merambah ekspansi ke Negeri Paman Sam tersebut. “Karena tarif tinggi ini kan yang membayar konsumen yang di sana. Kalau barangnya diminati dan butuh mereka pasti akan impor,” kata Kukuh.

Indonesia termasuk negara eksportir produk otomotif CBU ke sejumlah negara tujuan di benua Amerika, tepatnya Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Meksiko, Uruguay, Panama, Chile, dan sebagainya. “Indonesia harus ekstra waspada, pemerintah perlu segera memitigasi dengan diversifikasi pasar ekspor. Tak hanya di AS, tetapi juga untuk pasar global lainnya khususnya BRICS yang Indonesia sudah tergabung di dalamnya,” kata Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu.

Sementara itu para pengusaha komponen otomotif yang tergabung dalam Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyampaikan kekhawatiran atas dampak kebijakan Presiden Trump yang mengenakan tarif impor 32 persen terhadap industri Indonesia. Sekjen GIAMM Rachmat Basuki, mendorong penerapan hambatan non-tarif seperti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna melindungi industri nasional dari serbuan barang impor yang tak kompetitif secara kualitas dan harga.

“Meski ada tantangan, kami tetap optimistis. Pasar Amerika masih terbuka. Selama tarif yang dikenakan terhadap Tiongkok tak lebih rendah dari kita, produsen dalam negeri masih punya peluang untuk bersaing,” kata Basuki dalam keterangan resmi Minggu 6 April 2025.

Basuki turut menyoroti potensi banjirnya produk komponen otomotif dari China ke pasar Indonesia akibat kebijakan dagang AS terhadap China. “Produk-produk murah dari China, terutama untuk kebutuhan aftermarket, dikhawatirkan akan memperlemah daya saing produk lokal,” katanya. (*)