JAKARTA— Kinerja ekspor mobil Indonesia sepanjang 2019 mencapai sekitar 300 ribu-an unit. Angka jni masih terpaut jauh dengan negara tetangga Thailand yang menembus 1 juta unit ekspor ke seluruh dunia. Padahal, beebrapa pabrik mobil yang ada di Indonesia memiliki kapasitas produksi kendaraan sampai 2,2 juta mobil per tahun. Indonesia seharusnya bisa menjadi pemimipin dalam industri kendaraan bermotor di Asia Tenggara jika mampu mengoptimalisasi kapasitas produksi tersebut.
Untuk bisa menambah jumlah ekspor mobil, Indonesia harus memproduksi kendaraan yang sesuai dengan keinginan pasar global. Selama ini produksi mobil di Indonesia masih mengandalkan jenis serbaguna (multi purpose vehicle, MPV). Peminat dari kendaraan MPV ini kebanyakan hanya ada di Indonesia dan negara Asia Tenggara. Sedangkan pasar global yang cenderung memilih jenis sport utility vehicle (SUV).
Perkara jenis mobil yang diproduksi, ini berkaitan dengan upaya Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) bersama pemerintah untuk meningkatkan varian mobil yang bisa diekspor. “Kalau kita hanya produksi MPV, lakunya hanya di ASEAN dan Indonesia. Tapi kalau kita bikin SUV dan sedan, bisa laku di banyak negara. Ini sedang diupayakan dan mudah-mudahan bisa berjalan,” kata Kukuh Kumara (Sekretaris Umum GAIKINDO), dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu seperti dikutip Kompas.
Kukuh mengatakan, jika memiliki banyak varian, komponennya juga akan banyak, sehingga Indonesia bisa bermain di pasar global. Inilah pentingnya juga industri komponen sebagai pendukung, jangan hanya melihat pada pasar domestik saja. “Kalau bisa menyuplai komponen produk yang global, berarti komponen bisa masuk ke negara lain. Bukan hanya OEM, bisa juga sebagai penyuplai produk aftermarket,” kata Kukuh.
Ia menambahkan, target ekspor 1 juta kendaraan juga mundur dari yang semula tahun 2025 karena pandemi corona. Sampai saat ini, Indonesia sudah mengekspor mobil dalam keadaan utuh (completely built up, CBU ke 80 negara.
Pasar Australia
Kata Kukuh, GAIKINDO bersama Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian bekerjasama untuk mencari terobosan meningkatkan kapasitas produksi. “Indonesia memang sudah mengekspor ke 80 negara, namun jumlahnya masih sedikit, hanya 300 ribu unit mobil pada 2019. Kita ingin optimalisasi kapasitas produksi mobil di Indonesia,” kata Kukuh.
GAIKINDO pada 2019 yang lalu juga sudah ke Australia untuk memanfaatkan peluang yang ada di sana, terlebih pemerintah juga memiliki Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). “Australia punya pasar domestik sekitar 1,2 juta mobil pertahun. Indonesia sebagai negara terdekat secara geografis, seharusnya mampu untuk memenuhi pasar tersebut,” kata Kukuh.
GAIKINDO sudah bekerja dengan pemerintah untuk mendatangi para prinsipal kenapa tidak menggunakan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan untuk ekspor. Asosiasi juga meminta negara lain untuk bisa merelokasi permintaan. “Jika bisa dari Indonesia, kenapa harus dari negara lain. Pengirimannya juga bisa lebih cepat dan hemat. Selain itu, kapasitas produksinya juga masih tersedia di Indonesia,” kata dia. (*)