Berita Economy & Industry

GAIKINDO Imbau agar Merek Mobil Pendatang Baru di RI Membangun Pabrik Perakitan

KATADATA— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengimbau agar merek pendatang baru tersebut membangun manufaktur sebagai fasilitas perakitan lokal atas komponen yang masih mereka impor dalam bentuk completely-knocked down (CKD). Dengan membangun manufaktur perakitan di Indonesia maka dapat membawa keuntungan bagi banyak pihak.

Menjelang akhir 2024 banyak pabrikan asal China masuk Indonesia menawarkan produk kendaraan listrik buat konsumen. Tapi mereka masih ada yang berstatus impor mobil utuh (completely built up, CBU), seperti Zeekr.

“Saya katakana ke merek-merek baru itu jangan impor CBU, melainkan langsung CKD dengan bodi (mobil) yang sudah dicat. Investasinya kan ringan,” kata Jongkie D. Sugiarto, Ketua I GAIKINDO beberapa pekan lalu.

Jika mobil yang dirakit di dalam negeri, beberapa komponen dipakai bisa berasal dari dalam negeri. Skema ini dapat membuka lapangan pekerjaan serta mendukung industri lokal. Tapi jika mobil diimpor CBU, maka komponen pada kendaraan sudah lengkap, menutup peluang manufaktur di Indonesa.

Meskipun begitu, Jongkie menanggapi positif perluasan aturan insentif mobil listrik CBU. Sekarang bisa dinikmati negara-negara yang menjalin perjanjian atau kesepakatan internasional dengan Indonesia. Karena pada akhirnya relaksasi pajak hanya dapat dimanfaatkan ketika pabrikan telah berkomitmen buat melakukan perakitan lokal produk yang diimpor dalam jumlah tertentu.

 “Kita harus buka pintu tetapi juga monitor. Setelah ini ada apa lagi, (penyediaan) lapangan kerja dan komponen lokal, kalau CBU belum sampai komponen lokal,” kata Jongkie.

Saat ini masih ada pabrikan yang memanfaatkan relaksasi pajak impor itu seperti BYD (Build Your Dreams). Sambil menunggu pembangunan pabrik di Subang, mereka mengimpor seluruh model kendaraan listriknya. Ini mencakup BYD Seal, Atto 3, Dolphin sampai M6. Berkat insentif, harga BYD Seal tak tembus Rp 1 miliar. Sementara produk termurahnya adalah model serbaguna (multi purpose vehicle, MPV) M6. BYD M6 dijual seharga Rp 379 jutaan sampai Rp 429 jutaan (on the road, OTR) Jakarta.

Di 2025, BYD bersiap menghadirkan MPV dari sub merek Denza yaitu Denza D9. Kali ini mengincar pasar premium dengan banderol Rp 900 jutaan sampai Rp 1 miliar. (*)