TEMPO— Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) Rachmat Kaimuddin menyatakan Indonesia berotensi menjadi pusat industri otomotif berorientasi ekspor (export hub). Ini khususnya di pasar regional Asia Tenggara (ASEAN). Ia mengatakan itu pada acaraSosialisasi Insentif Investasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Jakarta pada Jumat, 1 Maret 2024.
“Industri otomotif Indonesia sangat menarik. Kita adalah the largest passenger market di Asean,” kata Rachmat. Meski beberapa negara tetangga memproduksi lebih banyak untuk ekspor, menurut dia, pasar di Indonesia jika dikombinasikan antara mobil penumpang (passenger car) dan mobil angkutan niaga (commercial vehicle) menjadi yang paling besar. “Jadi jangan ragu-ragu untuk menjadikan Indonesia sebagai export hub kawasan ini, terutama untuk yang passenger market,” katanya.
Dalam catatannya, sepanjang 2023 lalu, setidaknya ada sekitar 571 ribu unit kendaraan yang sudah diekspor ke 90 negara tujuan. Ia mengatakan, bahwa Indonesia telah mengekspor untuk industri otomotif sekitar 40 persen dari total ekspor. Pasar ekspor terbesar bagi Indonesia ada di regional Asean dengan 54 persen dari total ekspor. Kemudian diikuti dari Timur Tengah sebesar 18 persen, Amerika Utara sebesar enam persen, Asia Timur sebesar empat persen, dan regional Afrika sebesar satu persen.
Rachmat menuturkan, bahwa 54 persen dari total ekspor industri otomotif merupakan mobil tujuh kursi. Karena itu, katanya, Indonesia berpotensi menjadi industri otomotif khusus mobil penumpang di regional ASEAN.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa potensi itu beririsan dengan komitmen Indonesia untuk menjaga lingkungan. Sebab, kata Rachmat, mobil listrik (electric vehicle, EV) merupakan mobil penumpang. Ia juga menyebut bahwa Indonesia mempunyai sumberdaya mineral berlimpah, yang cocok untuk dijadikan bahan baku baterai mobil listrik.
“Saat ini di BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan berbagai tempat juga sedang membangun ekosistem baterai. Kalau misalnya mau bikin industri EV di Indonesia, ke depan akan ada baterai ekosistem yang siap mendukung industri ini,” katanya. (*)