Berita Economy & Industry

Beberapa Tokoh Pembuka Jalan Industri Otomotif di Indonesia

JAKARTA— Saat ini pasar otomotif Indonesia dikuasai merek-merek mobil asal Jepang. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Januari-April 2023 menyebutkan, di kelompok Top 10, lima teratas dikuasai merek-merek Jepang, yakni Toyota, Daihatsu, HondA, Mitsubishi Motors, dan Suzuki. Top 5 ini menguasai pangsa pasar 82,3 persen di pasar otomotif nasional yang tahun ini diprediksi sekitar 1 juta unit. Meski beberapa merek baru masuk, seperti Hyundai (Korea) dan Wuling (China).

Dominasi merek otomotif Jepang saat ini dapat dimaklumi, karena pabrikan dari Negeri Matahari Terbit ini termasuk paling awal membangun pasarnya di Indonesia. Seperti Suzuki yang masuk paling awal pada era 1970-an. Keberhasilan mereka juga berkat tangan dingin mitra lokalnya. Pengusaha Indonesa yang juga bekerja keras membangun merek-merek Jepang ini di masa awal, saat susah, hingga masa puncak saat ini.

Tanpa pengusaha-pengusaha ini, merek-merek otomotif Jepang tentu tidak akan sekuat sekarang. Seperti gagalnya merek otomotif asal Amerika, khususnya General Motors (Chevrolet), meski membangun fasillitas perakitan mobil pertama di Indonesia pada 1927. Berikut para pengusaha lokal yang gigih membangun merek otomotif Jepang di pasar otomotif nasional, dikutip MERDEKA berbagai sumber:

1. Soebronto Laras

Tokoh ini akan berusia 80 tahun pada Oktober tahun 2023 ini. Masih sehat saat ditemui di seremoni konsumen pertama New Suzuki Grand Vitara di kawasan Senayan, Jakarta, awal Juni 2023. Soebronto menceritakan perjuangannya membangun merek Suzuki di Indonesia dan kegemarannya mengendarai SUV Grand Vitara. Bahkan dia punya nomor polisi spesial untuk sang SUV ini: B 1 SL.

Komisaris Utama PT Indomobil Sukses Internasional Tbk ini identik dengan merek Suzuki di industri otomotif Indonesia. Saat membawa merek Suzuki di Indonesia pada era 1970-an, Subronto tidak sendirian. Seorang pengusaha kasino bernama Atang Latif alias Apiang lah yang menjadi pemodal Suzuki di Indonesia pada masa-masa awal. Selain mengelola kasino, Subronto juga membantu Atang mengembangkan bisnis plastik untuk komponen otomotif dengan membuat kabinet radio untuk mobil. “Saya berani maju karena didukung penuh oleh Pak Atang Latief,” kata Soebronto menjelaskan sejarah masuknya Suzuki ke Indonesia, seperti yang diceritakan pada buku Industri Otomotif untuk Negeri: Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik (Pustaka Kaji, Desember 2021).

Saat itu visi Soebronto Laras adalah merakit mobil berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat. Mulailah dia melobi Suzuki Jepang untuk merakit mobil di Indonesia. Mobil niaga ringan Suzuki ST10 mengawali bisnis otomotif Suzuki di Indonesia. Mobil pikap ini mengusung mesin 360 cc dan dua silinder yang dirakit oleh PT Indomobil Utama.

Namun, mobil ini dinilai terlalu kecil dimensi dan kapasitas mesinnya sehingga Soebronto pun melobi prinsipal Jepang untuk memproduksi mobil lebih lega dan besar. Maka lahirlah Suzuki ST20 atau lebih dikenal dengan nama Suzuki Carry. Tes pasarnya dilakukan di Manado, Sulawesi Utara, pada 1978. Suzuki Carry sukses besar hingga hari ini. Kontribusinya terhadap penjualan Suzuki Indonesia sekitar 50 persen, terbesar dari model lainnya: Ertiga, XL7, dan sebagainya.

Saat ini Suzuki di bawah kendali Indomobil Group melalui PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. Pada Desember 2020, Suzuki genap berusia 50 tahun di industri otomotif RI. Pabrikan ini telah memproduksi lebih dari 11 juta unit sepeda motor dan 2,5 juta mobil dengan penyerapan komponen lokal rata-rata di atas 80 persen. Produk otomotif itu dipasok lebih dari 400 perusahaan komponen dalam negeri.

Suzuki Indonesia juga mengekspor produknya ke 85 negara di dunia dengan total volume lebih dari 1,3 juta unit dan telah menciptakan lebih dari 5.000 lapangan kerja untuk masyarakat.

2. William Soeryadjaya

Pendiri Grup Astra atau PT Astra International Tbk pada 1957. Bisnis otomotif pertama Astra adalah berperan sebagai importir dan perakit truk merek Chevrolet dari General Motors (GM) asal Amerika Serikat (AS). Keyakinan William pada bisnis otmootif pula yang mendorongnya menerima tawaran pemerintah Indonesia untuk menghidupkan kemballi pabrik Gaya Motor milik pemerintah. Singkatnya, Astra menjadi pemegang saham mayoritas di Gaya Motor dengan kepemilikan saham 60 persen.

Pabrik peninggalan Belanda itu kemudian diperbarui dan digunakan untuk merakit truk Chevrolet. Kegiatan inilah yang menjadi cikal-bakal nama besar Astra di industri otomotif Indonesia. Sayangnya, GM sebagai prinsipal merek Chevrolet menolak pinangan Astra sebagai agen pemegang mereknya di Indonesia. Nissan juga menolak Astra waktu itu. 

Nasib baik bagi William dan Astra, karena Toyota sedang mencari agen tunggal di Indonesia dengan syarat utama perakitan menggunakan fasilitas Gaya Moyor. Pucuk dicinta, ulam pun tiba, terjadi perjodohan Toyota dengan Astra. Pilihan Toyota kepada Astra terus menjadi bintang kecil yang mengawali dominasi keduanya di industri otomotif Indonesia seperti hari ini.

Keberhasilan William menggandeng Toyota melempangkan jalan Astra untuk merambah lebih jauh di industri otomotif. Maka pada 1978, Astra pun menjadi mitra bagi merek Daihatsu dan Honda Motor Corporation untuk produk sepeda motor.

Pada 2021, Grup Astra memiliki pabrik di Karawang (PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia) dengan total kapasitas terpasang 250 ribu unit per tahun dan pabrik mesin dengan kapasitas 216 ribu unit per tahun. Astra juga memiliki pabrik di PT Astra Daihatsu Motor yang dikenal sebagai pabrikan mobil terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 530 ribu unit per tahun. Saat ini Grup Astra juga mengelola merek lain: Isuzu, UD Trucks, dan Peugeot. Kelompok usaha raksasa ini menguasai sekitar 50 persen pasar otomotif nasional. 

3. Hadi Budiman

Pengusaha ini berada di balik sukses Honda di pasar otomotif Indonesia. dengan penuh keberanian, sebagai pengusaha muda, membeli sebuah perusahaan “Benteng” bernama PT Matahari, yang kemudian diganti namanya menjadi PT Istana Mobil Raya Motor (Imora Motor), pada era 1960-an.

Berbekal status pengusaha tekstil, suatu hari Hadi ke Jepang. Di sana dia melihat Honda memasarkan produk terbarunya, Honda N360 (sedan) dan TN Light Truck. Keduanya dipasarkan dengan harga promosi 700 dolar AS per unit. Hadi pun membelinya dan dikirimkan ke Indonesia. Mobil warna merah ini akhirnya tiba di Jakarta dengan nomor polisi B 767 V.

Pada 1968, Hadi mengimpor 50 unit Honda TN360 tipe M dengan harga belinya setara Rp 410 ribu per unit. Di Indonesia, mobil ini dijualnya Rp 425 ribu. Setahun kemudian, Hadi menambah jumlah impor Honda TN360 tiga kali lipat menjadi 150 unit. Hadi juga terus mengejar pihak Honda supaya menunjuknya sebagai mitra di Indonesia. Pada 24 Maret 1970, Hadi berhasil menjadi sole distributor Honda di Indonesia. Mobil pertama yang dipasarkannya adalah Honda Light Truck TN360 dengan kapasitas 500 kilogram.

Pada 1970, Hadi mulai mengimpor mobil dalam bentuk terurai (CKD), yang perakitannya di pabrik Indonesia Service Company (ISC). Pada 1973, PT Imora Motor memasarkan model Honda Life. Sukses, masuklah Honda Civic yang sukses besar. Momentum Honda Civic ini dimanfaatkan dengan mendirikan PT Prospect Motor, pabrikan perakitan (assembling) pada 1975.

PT Honda Prospect Motor memiliki pabrik di Karawang pada Februari 2003. Pabrik pertama ini memiliki kapasitas produksi 50.000 unit per tahun dengan nilai investasi Rp 700 miliar. Pabrik kedua dibangun pada 2012 dengan nilai investasi Rp 3,1 triliun, sehingga kapasitas produksinya bertambah menjadi 200.000 unit per tahun. Saat ini pabrik HPM memproduksi mobil Honda Mobilio, BR-V, HR-V, City Hatchback RS, Brio, dan CR-V.

4. Sjarnoebi Said

Pendiri PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) pada 1973, yang dikenal sebagai mitra lokal Mitsubishi di Indonesia. Kemitraan ini diawali pada 1970 saat mendatangi perjanjian dengan Mitsubishi Corporation untuk mendirikan industri kendaraan bermotor di Indonesia. Bersama Sjarnoebi, Mitsubbishi memperluas kegiatan manufakturnya di Indonesia dengan mendirikan perusahaan baru yakni PT Krama Yudha Ratu Motor (KRM) pada 1973.

Kini Mitsubishi dikenal tak hanyakuat di segmen kendaraan niaga, tapi juga pebnumpang Di segmen kendaraan niaga, lewat merek Fuso, sementara di segmen kendaraan penumpang, Mitsubishi populer dengan model Xpander dan Xpander Cross, serta Pajero Sport. (*)