1. Capaian penjualan mobil pada 2024
Penurunan produksi dan penjualan mobil secara nasional menjadi tantangan bagi industri otomotif sejak 2024. Kebijakan pemerintah untuk mendukung kondisi ekonomi ke depan yang lebih positif akan membantu industri otomotif. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, sepanjang Januari hingga November 2024, produksi kendaraan roda empat di dalam negeri mencapai 1,09 juta unit atau turun 15,5 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 yang memproduksi 1,29 juta unit.
Sementara itu, dari data terbaru di periode Januari-Desember 2024, jumlah penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) sebanyak 865.723 unit. Jumlah itu anjlok 13,9 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 1.005.802 unit. Adapun jumlah mobil yang dijual dealer ke konsumen (retail sales) mencapai 889.680 unit, turun sebesar 10,9 persen secara tahunan. Meski turun, capaian penjualan di 2024 melampaui target GAIKINDO sebesar 850 ribu unit. Target itu telah direvisi dari sebelumnya di angka 1,1 juta unit.
Ketua I GAIKINDO Jongkie Sugiarto kepada wartawan beberapa waktu lalu mengakui, lesunya penjualan di pasar otomotif, khususnya kendaraan roda empat, sepanjang 2024 menjadi alasan mereka mengubah target. Untuk tahun 2025, GAIKINDO belum menentukan target penjualan.
2. Bagaimana tren pada 2025?
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, penurunan produksi dan penjualan mobil pada 2024 terjadi karena beragam faktor. Pertama, kecenderungan masyarakat dan pelaku bisnis menunda konsumsi barang tahan lama, termasuk kendaraan, selama tahun pemilu. Kedua, suku bunga yang tinggi membuat biaya kredit kendaraan bermotor lebih mahal.
Ketiga, penurunan pendapatan riil akibat inflasi dan ketidakpastian ekonomi menekan belanja barang sekunder dan tersier. Keempat, normalisasi harga komoditas yang akan menurunkan pendapatan masyarakat. Terakhir, utilisasi kapasitas manufaktur menurun di tahun 2024 yang mengindikasikan produsen mengurangi output akibat permintaan yang lemah.
Penjualan pada 2025 pun diperkirakan belum akan tumbuh karena beberapa pertimbangan. Pertama, pemulihan penjualan mobil pascapemilu akan terjadi bergantung pada stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal pemerintah baru.
3. Apa implikasinya terhadap aspek pembiayaan oleh bank?
Pertumbuhan kredit perusahaan pembiayaan pada 2025 berpotensi melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini tak lepas dari turunnya penjualan otomotif yang terpengaruh oleh pelemahan daya beli masyarakat dan pungutan pajak yang akan diberlakukan pada tahun mendatang. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang perusahaan pembiayaan per September 2024 mencapai Rp 501,78 triliun, tumbuh 9,39 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut melambat gradual atau lebih rendah dibanding periode 2023 yang tumbuh sebesar 13,23 persen secara tahunan dan dibanding periode 2022 yang tumbuh sebesar 14,18 persen secara tahunan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi menyebutkan, asosiasi menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 8-10 persen pada 2025. Angka tersebut lebih rendah ketimbang target yang ditetapkan oleh OJK pada 2024 sebesar 10-12 persen. ”Tahun ini (2024), kita mau tumbuh 12 persen saja berat sekali, terus tumbuh 10 persen, mungkin mudah-mudahan 10 persen. Saya harap, teman-teman juga berjuang untuk kita bersama-sama menetapkan 10 persen sebagai pertumbuhan kita,” katanya.
4. Catatan tren penjualan selama 10 tahun terakhir
Penjualan mobil di pasar Indonesia tak bergerak naik di kisaran satu juta unit dalam kurun 10 tahun terakhir. Tingginya kenaikan harga mobil yang tak diiringi dengan kenaikan pendapatan rumah tangga menjadi salah satu penyebabnya. Pelaku industri kendaraan bermotor berharap ada insentif fiskal tambahan untuk memicu penjualan mobil nasional. ”Sudah satu dekade terakhir, penjualan mobil hanya berkutat di one million club dan belum pernah tembus lebih besar lagi,” kata Sekretaris Umum GAIKINDO Kukuh Kumara dalam diskusi ”Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil” di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, pertengahan 2024 lalu.
Penjualan mobil nasional pertama kali menembus satu juta unit pada 2012, yakni sebanyak 1,16 juta unit, meningkat dibandingkan 2011 yang 894 ribu unit. Selanjutnya, angkanya meningkat menjadi 1,22 juta unit pada 2013 dan sempat stabil pada 2014 dengan penjualan sebanyak 1,20 juta unit. Setelah itu, pada periode 2015-2023, penjualan mobil tak pernah lagi meningkat menembus 1,2 juta unit. Padahal, menurut Kukuh, potensi pasar penjualan mobil di Indonesia masih punya ruang pertumbuhan yang luas. Mengutip data lembaga riset CEIC seperti yang diolah GAIKINDO, rasio kepemilikan mobil mencapai 99 unit mobil per 1.000 penduduk di Indonesia. (KOMPAS)