INDONESIASATU— Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) sektor otomotif melalui program percepatan transformasi digital. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah kolaborasi dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Upaya tersebut direalisasikan melalui “Kick off Match-making between Small and Medium Automotive Industry and System Integrator in the Framework of Cooperation between Directorate General of Small, Medium, and Multifarious Industry and Japan International Cooperation Agency (JICA)” di Gedung Kemenperin, Jakarta pada 25 Februari 2025.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita memberikan apresiasi kepada pemerintah Jepang melalui JICA atas komitmennya untuk mendukung pengembangan industri otomotif Indonesia. JICA merupakan lembaga pemerintah Jepang bertanggungjawab atas kerjasama pembangunan internasional. Sebagai bagian dari kebijakan bantuan luar negeri Jepang dan bentuk sinergi dengan Kemenperin, JICA berperan dalam berbagai inisiatif, termasuk pengembangan industri manufaktur, digitalisasi, serta peningkatan daya saing IKM.
Reni menjelaskan, kegiatan Kick off Match-making merupakan bagian dari proyek kerjasama teknis “Automotive Industry Development” JICA dengan Kemenperin melalui Ditjen IKMA. Tujuannya, mempertemukan IKM komponen otomotif (supplier) yang merupakan tier 2 atau tier 3 agen pemegang merek (APM) dengan System Integrator (SIers) atau Tech Startup meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri otomotif nasional di era industri 4.0.
“Kami ingin mendorong digitalisasi dan otomatisasi pada IKM komponen otomotif agar lebih kompetitif dan inovatif melalui penerapan teknologi 4.0 yang akan meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global,” katanya.
IKM komponen otomotif juga perlu memenuhi standard quality, cost, and delivery (QCD) agar dapat masuk ke dalam rantai pasok industri. “Hal tersebut bisa diwujudkan dari kontribusi seluruh pihak terkait, baik stakeholders dalam maupun luar negeri,” lanjut Reni.
Pada 4 April 2018 pemerintah meresmikan peta jalan “Making Indonesia 4.0”. Ini sebagai kesiapan Indonesia memasuki era industri 4.0 dan sebagai langkah strategis dalam mendukung penguatan industri nasional pada era industri 4.0. “Peta jalan tersebut memacu performa prima sektor manufaktur, salah satunya ditunjukkan dengan kontribusi sektor manufaktur yang mencapai 18,98 persen terhadap PDB nasional pada tahun 2024,” kata Reni.
Dirjen IKMA mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen dalam lima tahun ke depan, pemerintah mengambil langkah kebijakan melalui peningkatan investasi dan ekspor. Langkah ini bertujuan memperkuat industri manufaktur, rantai pasok, dan substitusi impor. Nilai investasi di sektor industri manufaktur tahun 2024 mencapai Rp721,2 triliun atau sebesar 42,1 persen terhadap realisasi investasi nasional, naik 19,8 persen (year on year). Angka ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap iklim usaha di Indonesia serta potensi besar sektor manufaktur dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Capaian tersebut diperkuat dengan peningkatan implementasi transformasi digital pada lini bisnis perusahaan industri. Langkah ini akan mendorong IKM (industri kecil dan menengah) menjadi lebih kompetitif, produktif, dan inovatif, sehingga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri dalam jangka pendek, menengah, dan panjang,” lanjutnya.
Kontribusi penting industry otomotif
Selama ini, sektor industri otomotif memiliki kontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Dengan meningkatnya permintaan produk kendaraan bermotor di pasar, sektor ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Dilansir dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada tahun 2024, penjualan kendaraan roda empat atau lebih di dalam negeri mencapai 865.723 unit, sementara kendaraan roda dua mencapai 6.333.310 unit. Capaian ini turut menunjukkan pentingnya peran IKM komponen otomotif dalam mendukung rantai pasok industri otomotif nasional.
Dirjen IKMA optimistis, inisiatif kerja sama Kemenperin dan JICA akan turut mempercepat transformasi digital di sektor IKM otomotif dan membuka peluang ekspansi ke pasar internasional. Keberlanjutan program ini juga akan diperkuat dengan peningkatan kapasitas tenaga kerja dan ekosistem industri yang lebih modern.
Reni berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut dan direplikasi di sektor industri lainnya, sehingga semakin banyak IKM yang mendapatkan manfaat dari digitalisasi dan otomatisasi proses produksi. “Dengan dukungan berbagai pihak, kita bisa menjadikan IKM lebih mandiri, inovatif, dan berdaya saing di tingkat global,” katanya.
Direktur IKM Logam Mesin, Elektronik dan Alat Angkut (LMEA) Dini Hanggandari mengatakan, sebanyak 13 IKM komponen otomotif (supplier) dan 18 Sl-ers (tech startup) binaan Direktorat IKM LMEA akan terlibat dalam temu bisnis berbasis platform digital Startup for Industry. “Melalui sistem Matching Hub, sektor IKM dapat menemukan penyedia solusi teknologi yang tepat guna untuk diterapkan dalam lini produksinya, sehingga mampu bersaing di era industri 4.0,” ujar Dini.
Dalam pelaksanaannya, temu bisnis akan dilakukan melalui platform Startup for Industry (Matching Hub) yang memungkinkan IKM menemukan System Integrator, Tech Provider, atau Tech Startup yang menyediakan solusi teknologi yang dapat diterapkan dalam bisnis mereka. Temu bisnis akan berlangsung selama tiga minggu, yaitu pada tanggal 26 Februari – 25 Maret 2025, dilanjutkan dengan seleksi terhadap kebutuhan suppliers dengan teknologi yang ditawarkan SI-ers oleh Tim JICA dan Direktorat IKM LMEA, selanjutnya penetapan penerima fasilitasi implementasi teknologi 4.0 dan Implementasi teknologi 4.0 di IKM komponen otomotif (suppliers) dengan menggunakan solusi teknologi dari SIers selama tiga bulan (Mei – Juli 2025).
Kerja sama antara Kemenperin dan JICA dalam Matching Hub menjadi langkah strategis dalam mendorong transformasi digital di sektor industri. “Dengan sinergi yang berkelanjutan, kami yakin IKM di Indonesia dapat semakin mandiri, berdaya saing, dan berperan aktif dalam memperkuat perekonomian nasional,” kata Dini. (*)