WARTA EKONOMI— Industri otomotif Indonesia saat ini menghadapi tantangan ekonomi yang mempengaruhi daya beli konsumen. Dengan penjualan mobil baru yang cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif perlu beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan di tengah perubahan pasar yang dinamis. Perlu strategi baru yang dapat membantu pelaku industri menghadapi tantangan pasar sekaligus memanfaatkan peluang yang muncul pada segmen kendaraan listrik.
Menyikapi hal tersebut, MarkPlus bekerjasama dengan Forum Wartawan Otomotif (FORWOT) mengadakan diskusi Automotive Industry Roundtable. Bertema “Navigating the Future of the 4W Industry” acara ini berlangsung ada Rabu 6 November 2024, di Philip Kotler Theater, MarkPlus Main Campus, Jakarta.
Indra Prabowo (Ketua Umum FORWOT) berharap dapat memberikan pemahaman tentang perubahan tren dan tantangan pasar otomotif nasional, serta untuk memfasilitasi diskusi strategis yang memperkuat kolaborasi di antara para pelaku industri. “Kami berharap kegiatan ini menjadi sumber inspirasi dan solusi nyata bagi rekan-rekan yang hadir dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berkembang,” katanya.
Iwan Setiawan (pimpinan MarkPlus Inc dan Marketeers) menyampaikan bahwa hasil riset yang dipaparkan ini telah rampung sejak Agustus 2024. Hasil ini terus dikembangkan kembali selama dua bulan terakhir untuk memberikan wawasan yang lebih komprehensif terkait industri otomotif.
Dengan banyaknya klien dari sektor otomotif, MarkPlus memiliki basic knowledge serta pemahaman kuat pada industri ini. Hasilnya adalah riset yang relevan bagi publik. Studi ini juga tervalidasi dengan penyesuaian berdasarkan karakteristik tiap merek sehingga memberikan perspektif yang sejalan dengan dinamika pasar secara umum. “Ikatan ekonomi yang menjadi hambatan utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan,” kata Iwan Setiawan.
Studi MarkPlus menunjukkan 56 persen konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka. Ada 50 persen yang merasa pajak yang dikenakan terlalu tinggi. Sementara 37 persen menghadapi suku bunga leasing yang memberatkan. Dan 26 persen lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama. “Ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai dalam pasar mobil baru untuk menarik minat konsumen,” kata Iwan.
Menurutnya, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga mobil baru yang tak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga. Faktor lainnya adalah peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat pembelian masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan.
Pada tahun 2024, harga mobil baru tercatat meningkat 37 persen sejak 2014, sedangkan pendapatan rumah tangga hanya naik sebesar 28 persen dalam periode yang sama. Ini menjadikan harga mobil baru lebih tinggi daripada pendapatan tahunan rata-rata rumah tangga, yang menekan daya beli dan menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih kendaraan.
Ia menambahkan, Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar yang sangat kuat, mencapai 67 persen. Sementara itu, di segmen listrik baterai (battery electric vehicle, BEV), Wuling memimpin dengan pangsa pasar sebesar 47 persen. Perubahan preferensi konsumen yang cenderung ke arah EV mencerminkan pentingnya strategi perusahaan otomotif untuk fokus pada inovasi teknologi dan model yang sesuai dengan permintaan pasar yang dinamis.
Menurut analisis MarkPlus, mayoritas konsumen di Indonesia masih melakukan riset online namun tetap memilih membeli secara offline, menunjukkan perlunya strategi omnichannel yang kuat untuk memberikan pengalaman konsumen. Untuk itu, optimasi mesin pencari (search engine optimization, SEO), penggunaan media sosial, serta situs web dengan konten yang mendalam mengenai produk akan membantu dalam menarik minat konsumen sejak tahap awal perjalanan pembelian. Selain itu, konsumen di segmen kendaraan listrik lebih memilih untuk memverifikasi secara fisik sebelum membeli, yang menegaskan pentingnya jaringan showroom dan dealer. (*)