Berita Economy & Industry

Pengamat Otomotif: Pemerintah dan Pelaku Usaha harus Cari Tahu Permasalahan di Pasar

CNBC— Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, perlu kajian lanjut mengenai kondisi pasar otomotif RI saat ini. Pemerintah dan pelaku usaha harus segera melakukan identifikasi masalah di balik penjualan mobil yang masih belum menunjukkan tren peningkatan.

“Tampaknya secara hipotetis ada kompleksitas antara kenaikan suku bunga BI, pelemahan nilai tukar rupiah, dan ketidakpastian ekonomi global merupakan beberapa faktor utama yang menyebabkan pasar mobil masih lesu,” katanya Rabu 15 Mei 2024.

“Dengan kondisi seperti ini, tampaknya pasar mobil untuk segmentasi terbesar middle income Indonesia diprediksi masih akan lesu dalam beberapa bulan ke depan. Untuk pastinya memang perlu penelitian mendalam lebih lanjut,” tambah Yannes.

Dia memprediksi, penjualan mobil tahun ini tak akan secemerlang pencapaian tahun 2023. Bahkan bakal sulit menembus angka sejuta unit. “Sekarang sudah menjelang tengah tahun. Melihat kondisi pasar mobil saat ini yang masih lesu, kemungkinan besar target penjualan mobil di tahun 2024 cukup sulit tercapai dan tidak bisa melampaui capaian di tahun 2023,” kata Yannes.

Karena itulah, identifikasi masalah yang sebenarnya mendesak dilakukan. “Identifikasi penyebab utama tren negatif penjualan mobil nasional adalah langkah krusial untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif,” katanya.

“Langkah-langkah yang perlu segera dilakukan pemerintah untuk membantu industri otomotif dan mendorong pemulihan pasar mobil di Indonesia ya dengan mengendalikan inflasi. Sambil terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Secara teori ini gampang, tapi pelaksanaannya super rumit,” kata Yannes.

Dia berharap, pemerintah dan pelaku industri otomotif nasional bisa berkoordinasi intensif untuk menganalisis kondisi pasar di dalam negeri.

Strategi produsen

Sebelumnya, Sales Marketing Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy buka suara. “Penjualan mobil di kuartal pertama tahun ini memang banyak dipengaruhi faktor politik dan ekonomi, termasuk kenaikan harga bahan bakar, kenaikan suku bunga, pengetatan approval dari lembaga pembiayaan, serta hingga nilai tukar rupiah yang melemah, kondisi ini menyebabkan sebagian konsumen menahan untuk melakukan pembelian hingga situasi dinilai lebih stabil,” katanya, Senin 13 Mei 2024.

Produsen tak berdiam diri dengan menurunnya daya beli masyarakat, salah satu cara pendorongnya dengan penawaran penjualan. “Untuk menyiasati turunnya penjualan, kami memiliki beberapa strategi seperti penawaran penjualan yang meringankan hingga memperluas jaringan layanan purna jual untuk memudahkan konsumen dalam memiliki dan merawat kendaraannya,” kata Billy. 

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, penjualan mobil nasional untuk wholesales tercatat mencapai 1.005.802 unit sepanjang tahun 2023 lalu. Angka ini anjlok sebanyak 42.238 unit atau 4,03 persen dibanding tahun 2022. Data yang dirilis PT Astra International Tbk menunjukkan, penjualan mobil nasional sejak awal tahun 2024 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2023.

Secara berturut-turut, penjualan mobil nasional pada bulan Januari-April 2024 adalah 69.647 unit, 70.698 uit, 74.724 unit, dan 48.637 unit. Sementara di tahun 2023 adalah 94.270 unit, 87.059 unit, 101.272 unit, dan 58.981 unit. Secara akumulasi Januari-April 2024, penjualan mobil di dalam negeri adalah 263.706 unit. Sementara periode sama tahun 2023 tercatat mencapai 341.582 unit. Artinya, penjualan pada 4 bulan pertama tahun 2024 lebih rendah 77.876 unit atau 22,79 persen dibandingkan periode sama tahun 2023. (*)