Berita Economy & Industry

Sektor Otomotif Sarat Sentimen Positif, Analis Kompak Jagokan Saham Astra

KONTAN— Kinerja sektor otomotif diprediksi bisa lebih baik di 2024. Ini didorong oleh era suku bunga tinggi, peningkatan mobilitas, hingga perkembangan kendaraan listrik. Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan bahwa sektor otomotif erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Karenanya, dengan perkiraan penurunan suku bunga the Fed dan Bank Indonesia (BI) tahun ini maka pertumbuhan ekonomi dinilai akan lebih maksimal. “Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia disokong oleh konsumsi domestik yang besar,” katanya, Minggu 7 Januari 2024.

Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy melanjutkan bahwa sektor otomotif juga akan terdorong oleh potensi peningkatan mobilitas masyarakat selama Pemilihan Umum (Pemilu Februari 2024) yang diperkirakan akan melibatkan beberapa tahapan.

Selain itu, data hingga tahun 2022 menunjukkan bahwa volume penjualan mobil tahunan di Indonesia masih rendah, hanya mencapai 0,4 unit per 100 penduduk.  Perbandingan dengan negara tetangga seperti Malaysia sebesar 1,8 unit per 100 orang dan Thailand 1 unit per 100 orang, serta Korea Selatan dan Jepang, masing-masing 2,4 dan 3,1 unit per 100 orang menunjukkan potensi pertumbuhan besar bagi industri otomotif Indonesia. “Karena penetrasi pasar masih rendah, kami melihat adanya potensi besar bagi industri otomotif Indonesia untuk terus mengalami pertumbuhan di masa depan,” katanya.

Selain suku cadang, industri vertikal lain di sektor otomotif, seperti jasa keuangan, terutama pembiayaan dan asuransi, juga diprediksi akan mengalami dorongan. Menurut Robertus, kampanye pemasaran agresif dari perusahaan-perusahaan di sektor ini dapat mempertahankan momentum pertumbuhan sektor otomotif secara keseluruhan. “Oleh karena itu, kami tetap mempertahankan pandangan positif kami dengan memberikan peringkat overweight untuk sektor otomotif,” katanya.

Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan juga melihat bahwa sektor otomotif bisa terdorong oleh perkembangan kendaraan listrik. Ia memaparkan, pemerintah berencana untuk memperpanjang program insentif kendaraan listrik, terutama yang berkaitan dengan segmen sepeda motor. Insentif sebesar Rp 7 juta per unit untuk unit baru dan konversi dari konvensional ke listrik akan berlanjut setidaknya hingga akhir 2024. Kebijakan akomodatif seperti insentif fiskal, pembebasan bea masuk, dan insentif pajak juga akan diimplementasikan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.

Setelah memberlakukan kebijakan pajak penghasilan negara sebesar 1 persen untuk pembelian kendaraan listrik di dalam negeri, pemerintah sekarang mempertimbangkan untuk mengamanatkan kebijakan bebas pajak untuk kendaraan listrik yang diimpor secara utuh (completely built up, CBU).

Pada saat yang sama, pemerintah juga mendorong agar pabrik-pabrik mobil listrik dibangun di dalam negeri. “Ini memungkinkan mereka untuk meningkatkan tingkat produksi mereka menjadi 10 persen dari 2 persen,” katanya.

Hanya saja, perkembangan kendaraan listrik di Indonesia turut mengalami tantangan dari larangan ekspor galium dan germanium dari China. Ini karena galium dan germanium adalah salah satu komponen semikonduktor yang umum digunakan dalam mobil listrik dan sekitar 60 persen dan 90 persen germanium dan galium bersumber dari China. “Kami melihat potensi kenaikan pada harga logam-logam tersebut karena kemungkinan rantai pasokan mengalami hambatan, baik itu produksi dan/atau perlambatan logistik,” kata nya.

MNC Sekuritas juga memberikan pandangan overweight untuk sektor otomotif. Sebab, adanya potensi untuk mencapai target penjualan mobil sebanyak 1 juta unit dan penjualan sepeda motor sekitar 6,2 sampai 6,5 juta unit pada 2024.

Seluruh analis kompak menjagokan saham PT Astra International Tbk (ASII) untuk sektor otomotif tahun ini. Kiswoyo menuturkan, ASII menarik didukung proyeksi pembagian dividen. Ia memperkirakan ASII akan membagikan kembali dividen untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 500. Sehingga yield dividend yang diberikan berkisar 7 persen sampai 8 persen.

Sementara Roger menyebutkan, segmen otomotif dan jasa keuangan ASII diperkirakan akan mendukung kinerja konsolidasi grup di masa depan. Proyeksi Robertus, kedua segmen tersebut akan memberikan kontribusi total sebesar 67 persen terhadap Laba Bersih konsolidasi ASII pada tahun 2024. (*)