Berita Economy & Industry

Mobil “LCGC” makin Laku di RI

CNBC— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, pangsa pasar mobil ramah lingkungan harga terjangkau (low cost and green car, LCGC) meningkat lima persen. Ini terlihat dari data penjualan dari pabrikan ke dealer resmi (whole sales) GAIKINDO periode Januari-November 2023 yang naik 49.778 unit atau 35,28 persen sepanjang Januari-November 2023 dibanding periode sama tahun 2022 (141.094 unit).

Hasilnya, market share alias pangsa pasar LCGC tahun ini juga naik menjadi 21 persen dari setahun sebelumnya masih 15 persen. Macro Strategist Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research Lionel Priyadi mengatakan, saat ini ada kecenderungan konsumen menahan belanjanya. Ini memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli barang yang bukan kebutuhan utama.

“Ini karena kebijakan suku bunga tinggi dan efek Pemilu, banyak yang menahan konsumsi terutama untuk barang tahan lama seperti properti dan kendaraan. Tindakan ini disebabkan juga oleh keputusan pelaku usaha menahan ekspansi hingga tahun depan untuk meminimalkan efek kejutan kebijakan politik,” katanya Jumat 15 Desember 2023.

Hanya saja, kondisi ini terjadi di segmen pasar masyarakat kelas menengah bawah. Sehingga terjadi pengurangan alokasi anggaran yang akan dibelanjakan. “Jadi ada kecenderungan sacrifice quality. Mungkin fenomena ini masih akan berlangsung sampai jelang puasa baru meningkat lagi belanja,” kata Lionel. “Yang melemah itu segmen menengah ke bawah, sehingga tersier dan luxury itu masih cukup kuat karena kelas menengah ke atas,” katanya.

Tapi karena segmen menengah ke bawah porsinya lebih banyak, efeknya menjadi signifikan. Terutama ke pasar dengan produk massif.

Sementara itu, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, tren kenaikan penjualan LCGC di Indonesia adalah fenomena kompleks yang disebabkan berbagai faktor. “LCGC menjadi pilihan menarik karena harganya yang terjangkau, sesuai dengan daya beli konsumen kelas menengah bawah dan desainnya pun semakin baik,” katanya.

“Selain itu, efisiensi bahan bakar yang tinggi dari LCGC membuat kendaraan ini ideal untuk konsumen yang ingin menghemat biaya transportasi,” tambahnya.

Apalagi, LCGC menawarkan fitur-fitur lengkap yang memenuhi kebutuhan konsumen modern. “Ini menjadikan LCGC pilihan yang tidak hanya ekonomis tetapi juga praktis dan nyaman,” katanya.

“Pertumbuhan penjualan LCGC ini juga diprediksi dipengaruhi oleh peningkatan pembelian kendaraan untuk layanan taksi online mitra Grab dan GoCar,” katanya.

Sekretaris Jenderal GAIKINDO Kukuh Kumara mengatakan, peningkatan penjualan LCGC justru menunjukkan daya beli di Indonesia masih tumbuh. Daya beli itu juga yang menopang penjualan mobil nasional tahun ini masih diyakini bisa tembus satu juta unit. Meski tak sampai melampaui tahun 2022. “Itu artinya daya beli di kelompok masyarakat ini masih ada. Harganya kan di bawah Rp 200-an juta ya, artinya daya beli dengan ada,” kata Kukuh.

“Kalau bicara daya beli, tahun ini tentu harusnya ada perbaikan dibandingkan tahun lalu. Karena GDP kita tahun ini meningkat, harusnya daya beli ada,” katanya.

Penjualan Mobil 2023

Penjualan mobil whole sales sepanjang Januari-November 2023 mencapai 920.518 unit. Ini turun 22.168 unit atau sekitar 2,35 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang tercatat mencapai 942.686 unit. Di bulan November 2023, penjualan mobil tercatat mencapai 84.390 unit, naik sekitar 5,02 persen dari sebulan sebelumnya yang sebanyak 80.350 unit. Namun lebih rendah 6.885 unit atau 7,54 persen dibanding November 2022.

Data GAIKINDO menunjukkan, penjualan mobil nasional tahun ini memang menunjukkan tren lebih rendah dibanding tahun 2022. Dan jika penjualan mobil bulan Desember 2023 ditutup sekitar 90 ribu unit, total penjualan mobil tahun ini bisa mencapai 1.010.518 unit. Anjlok 37.522 unit atau 3,58 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat sebanyak 1048.040 unit. Prediksi ini dengan asumsi penjualan bulan Desember 2023 bisa ditutup lebih tinggi dari penjualan bulan November, yaitu 90.000 unit.

Menurut Kukuh, turunnya penjualan mobil tahun ini dipicu oleh pelemahan rupiah yang menyebabkan dolar AS keluar dari RI. Hal itu, kata dia, berdampak ke pasar mobil nasional. “Perlu diingat bahwa pada bulan Septembe-Oktober kemarin terjadi penurunan penjualan akibat pengaruh dolar AS. Karena itu kondisi ini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga negara lain seperti Thailand,” katanya.

“Dan di dalam negeri ada kecenderungan peningkatan NPL (kredit macet perbankan) sehingga perbankan mengetatkan persyaratan kredit. Padahal 80 persen pembelian kendaraan bermotor itu pakai kredit. Pengetatan syarat ini berdampak pada penjualan,” kata Kukuh.

Hanya saja, perbankan kemudian mengatakan kondisi itu adalah sesaat saja. “Karena itu penjualan di bulan November kemudian naik. Jadi dua itu penyebabnya menurut saya, kecuali ada kondisi yang saya tak tahu,” katanya.

“Kalau bicara daya beli, tahun ini tentu harusnya ada perbaikan dibandingkan tahun lalu. Karena GDP (gross domestic product, produk domestik bruto/ PDB) kita tahun ini meningkat, harusnya daya beli ada,” katanya.

Itu terlihat dengan penjualan LCGC yang meningkat tahun ini. Ia mengaku optimistis untuk pasar mobil nasional tahun depan. Menurutnya, daya beli tahun depan juga berpeluang lebih baik.  “Tahun depan juga daya beli masih ada, mudah-mudahan lebih baik lagi kondisinya dari saat ini. Tahun ini memang lebih rendah dari tahun 2022, tapi masih akan bisa tembus 1 juta unit. Pengaruh kondisi saat September-Oktober kemarin sangat besar terhadap pasar tahun ini,” kata Kukuh. (*)