JAKARTA— Kinerja sektor Industri otomotif di Indonesia dari sisi penjualan retail tercatat sebesar 61.558 unit turun 24,6 persen secara bulanan, tetapi naik 31,1 persen secara tahunan di bulan Mei, dengan penjualan di 5 bulan 2022 di 381.677 unit atau naik 18,5 persen secara tahunan. Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal mengatakan asumsi sebenarnya masih di 950 ribu unit untuk sampai 2022.
“Jadi target buat ngejar sampai Desember sekitar 79,200 unit per bulan masih sama dengan cumulatve year to date,” kat Fauzan seperti dikutip Kontan.co.id, Ahad 3 Juli 2022. Fauzan mengatakan sentimen berasal dari perkembangan ekonomi domestik, intinya selama perkembangan inflasi masih bisa terjaga target akan tercapai.
“Tapi sayangnya, sentimen sepanjang tahun saat ini dari peningkatan fuel price sudah terasa sekarang bisa jadi downside juga sih lantaran naiknya pertamax dan rencana penjatahan pertalite,” kata Fauzan.
Ia mengatakan lanjutan koreksi terlihat dari penjualan domestik 4-Wheeler (4W) di bulan Mei sebanyak 49.454 unit atau 40,3 persen secara bulanan dan turun 9n8 persen secara tahunan. “Capaian kumulatif tercatat 396.154 unit atau naik 23,5 persen secara tahunan untungnya, ini masih sejalan dengan panduan setahun penuh kami saat ini sepanjang tahun 2022 sebesar 950 ribu unit atau naik tujuh persen secara tahunan,” kata Fauzan.
Menurut Fauzan di sisi retail, penjualan tercatat sebesar 61.558 unit turun 24,6 persen secara bulanan, tetapi naik 31,1 persen secara tahunan di bulan Mei, dengan penjualan di 5 bulan 2022 di 381.677 unit atau naik 18,5 persen secara tahunan. Ia mengatakan penjualan otomotif cenderung meningkat pada bulan Juni, didukung oleh optimisme pemulihan ekonomi yang kuat pada Produk Domestik Bruto (PDB) 2022 dengan target pertumbuhan 4,5 sampai 5,3 persen secara tahunan.
Namun Fauzan tetap mewaspadai beberapa risiko ke depan, khususnya rencana pemerintah penetapan kuota pembelian Pertalite melalui database digital dengan aplikasi mobile yaitu MyPertamina dalam rangka menyalurkan harga bahan bakar minyak (BBM) kepada pelanggan yang memenuhi syarat berdasarkan jenis kendaraan mereka dan data pribadi lainnya.
“Pemerintah menganggap ini diperlukan menyusul lonjakan migrasi pengguna Pertamax setelah kenaikan BBM di bulan April. Dengan demikian, kenaikan harga bahan bakar global dapat mengurangi pasar 4W domestik meskipun risikonya tetap terbatas,” kata Fauzan.
Fauzan mengatakan risiko penurunan utamanya berasal dari persaingan yang lebih ketat di multi purpose vehicle (MPV) dan mobil sport utility vehicle (SUV). Resiko selanjutnya berasal dari peningkatan jumlah kasus COVID-19, pesaing baru misalnya Hyundai Motors Indonesia, dan bahan bakar yang signifikan kenaikan harga dan rencana kebijakan pembatasan pembelian BBM bersubsidi sebagian penjualan kendaraan menurun. (*)
