JAKARTA – PT Sokonindo Automobile Indonesia (DFSK) mengakui bahwa saat ini sudah banyak orang yang membeli kendaraannya secara online. Namun fenomena ini tak serta merta membuat tenaga penjual terpinggirkan. Peran tenaga penjual tetap tak akan hilang. Itu diungkapkan oleh M Angga Adhikresna (Digital Marketing Manager DFSK). Hanya saja, menurutnya tenaga penjual di masa depan jumlahnya mungkin tak akan signifikan.
“Tapi itu masih lama terjadinya nanti. Di negara-negara lain (hingga saat ini) masih butuh tenaga penjual di dealer,” kata Angga sperti dikutip Mobil123 belum lama ini.
Berkurangnya tenaga penjual dikarenakan saat ini saja sudah banyak orang yang membeli kendaraannya secara online.Pelanggan banyak yang memilih tak pergi ke dealer untuk melakukan test drive. Mereka nantinya hanya percaya pada reviewer mobil. “Youtube adalah platform yag sangat efektif. Orang melihat beberapa channel yang mereview kendaraan icaran dan melihat kelebihan dan kekurangannya. Biasanya, generasi milenial itu percaya dengan reviewer,” katanya.
Kondisi ini sedikit berbeda dengan konsumen yang sudah lebih berumur. Generasi ini biasanya lebih mengkombinasikan antara reviewer dengan test drive. Untuk konsumen inilah tenaga penjual masih memiiliki peran sangat penting.
“Ada juga mereka yang setelah melihat review masih harus ke dealer, cek mobilnya, test drive, dan baru beli. Inilah kenapa tenaga penjual tak akan hilang. Tapi generasi milenial tak mau ribet. Mereka sudah percaya dengan review dan biasanya langsung transfer uang muka kemudian mobil minta dikirimkan ke rumah,” katanya.
Kebiasaan orang untuk membeli mobil online diperkirakan akan makin kuat karena, salah satunya, merebaknya wabah sejak awal 2020. Selama pandemi, sejumlah wilayah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peraturan ini menjadikan orang tak lagi bisa begitu mudah berpergian. Mereka lebih memilih melakukan pembelian secara online, termasuk membeli mobil. Bukan tak mungkin kebiasaan ini akan makin menguat meski pandemi nanti telah berakhir.
Teknologi telah mengubah transaksi jual beli, kini semua bisa didapatkan hanya dengan menggerakkan jari tanpa harus bertatap muka dengan tenaga penjual (salesman atau wiraniaga). Fenomena global yang terjadi pada saat ini membuat pembelian mobil dapat diproses secara online (dalam jaringan, daring). Kemajuan industri otomotif yang serba digital pun dianggap dapat menghapus peran tenaga penjual.
Meski begitu, wiraniaga ternyata masih punya peran tersendiri. “Kehadiran wiraniaga sebenarnya tetap dibutuhkan menurut saya sampai hari ini,” kata Ali Hanafiah (Co Founder & Director Arista Group), dalam konferensi video seperti dikutip Kompas beberapa saat yang lalu. “Di beberapa negara maju pun wiraniaganya tetap ada. Kebutuhan-kebutuhan pelanggan ini hanya bisa dijawab oleh wiraniaga untuk membantu memilih kendaraannya,” kata Ali.
Menurutnya, mobil di Indonesia masih dianggap sebagai barang mewah. Mobil masuk ke dalam kelompok kebutuhan tersier. Oleh karena itu, dibutuhkan wiraniaga yang baik untuk menjelaskan produk dan cara pembelian yang baik.
Walau demikian, Ali tak memungkiri kemajuan teknologi telah mengurangi pekerjaan tenaga penjual. Pada saat ini konsumen bisa lebih mandiri untuk mengetahui spesifikasi mobil dengan mencari informasi dari internet. “Hanya mungkin bedanya adalah interaksi dengan wiraniaga tak sebanyak waktu dulu. Dulu pelanggan hanya bergantung pada wiraniaga dan bertanya. Tapi sekarang beberapa pertanyaan mereka bisa dibantu dan dijawab lewat online,” kata Ali.
“Tapi dalam pemilihan, proses penyerahan, penjelasan kalkulasi kredit yang leih detil dan lain sebagainya tetap dibutuhkan wiraniaga,” katanya.
Ali juga menambahkan, profesi wiraniaga masih akan bertahan meski industri otomotif beralih ke arah digital. Syaratnya, mereka punya keterampilan yang baik dan memahami cara untuk beradaptasi. (*)