TEMBILAHAN— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indragiri Hilir, Riau, menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) dengan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif PT Rekadaya Multi Adiprima dalam penyediaan sabut kelapa. Bupati Indragiri Hilir Muhammad Wardan di Tembilahan (Riau), mengatakan penandatangan nota kesepahaman bersama (memorandum of understanding, MoU) pada Jumat 21 Juni 2019 dihadiri perwakilan PT Rekadaya Multi Adiprima dan Pemkab Indragiri Indragiri Hilir.
“Penandatangan MoU ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan beberapa waktu lalu dan setelah perusahan melakukan peninjauan dan melihat langsung potensi sabut kelapa di Indragiri Hilir yang sangat besar,” kata Wardan seperti dikutip Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Ahad 23 Juni 2019.
PT Rekadaya Multi Adiprima membutuhkan bahan baku sabut kelapa sebanyak 100 ton untuk berbagai keperluan di industri otomotif. “Dengan adanya (kerja sama) perusahaan ini, maka sabut kelapa yang selama ini banyak terbuang akan memiliki nilai ekonomis bagi petani kelapa,” kata Wardan.
Penandatanganan MoU tersebut merupakan upaya Pemkab Indragiri Hilir agar produk turunan kelapa berupa sabut itu memiliki nilai jual tinggi dan bisa meningkatkan nilai ekonomi petani setempat. “Apalagi, saat ini sudah terbentuk badan usaha milik desa (BumDes) pada 197 desa di Kabupaten Indragiri Hilir. Nantinya, potensi kelapa lainnya ini juga akan ditampung dan juga diolah oleh badan usaha ini,” katanya.
Sementara, Presiden Direktur PT Rekadaya Multi Adiprima, Farri Aditya, menyatakan mereka tertarik berinvestasi dalam pembelian dan pengolahan sabut kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir yang sangat besar dan dapat memenuhi pasokan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan mereka.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian RI menegaskan akan mendorong sabut kelapa masuk industry sebagai isi jok mbil. Itu terutama untuk menampung produk-produk utrunan kelapa asal Kabupaten Halmahera Barat (Maluku Utara). Besarnya potensi produksi sabut kelapa di Halmahera Barat yang mencapai 32.671 hektare dengan produksi buah kelapa sebesar 35.259 ton menjadikan ini sebagai alasan Kemenperin melirik Industri Kecil Menengah (IKM) kelapa terpadu di Halmahera Barat.
“Seperti salah satu usaha jok mobil yang ada di Bekasi, ternyata jok mobil Mercedes Benz berasal dari sabut kelapa. Nah ini yang akan kami dorong bagaimana sabut kelapa dari Halmahera Barat ini masuk ke perusahaan,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih saat membuka acara bimbingan teknis produksi dan bantuan mesin peralatan untuk para IKM pengolah kelapa di Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, yang dikutip Kompas.
Selama ini sabut kelapa dari Indonesia masih banyak yang diekspor dalam bentuk mentah, belum ada penambahan nilai ekonomi. Misalnya, sebanyak 90 persen serat kelapa yang diolah Koperasi Produksi Mitra Kelapa (KPMK), Pangandaran (Jawa Barat) diekspor. Ekspor ini sudah berlangsung sejak awal 2017 lalu. Ketua KPMK Yohan Wijaya mengatakan, selama ini masyarakat belum memiliki pengetahuan dan teknologi cara mengolah sabut kelapa menjadi serat. Bahkan, tak jarang pula mereka menganggap sabut kelapa adalah sampah dan limbah. “Masyarakat kebanyakan membuang dan dibakar,” kata Yohan seperti dikutip Kompas.
Indonsesia merupakan salah satu penghasil buah kelapa terbesar di dunia saat ini. Sehingga potensi serat kelapa jadi industri baru sangat besar. (*)